Jumat, 19 November 2010

Katarak, Ancaman pada Usia Senja!!

Konon, sekitar 80 persen pengalaman manusia diperoleh melalui kedua matanya. Ketika penglihatan memudar, kehidupan seseorang pun seakan ikut meredup. Di Indonesia, gangguan terhadap organ vital tersebut meningkat.

Kementerian Kesehatan memperkirakan, sekitar empat juta orang dewasa dan anak mengalami kebutaan. Menurut keterangan Organisasi Kesehatan Sedunia (World Health Organization/WHO), sekitar 75 persen kebutaan dapat dicegah sehingga lahirlah inisiatif Global Vision 2010; The Right to Sight untuk menghapus dan mencegah kebutaan pada 2020. WHO juga menetapkan setiap Kamis minggu kedua pada Oktober sebagai peringatan Hari Penglihatan Sedunia.

Penyebab kebutaan di negeri ini tak jauh berbeda dari negara-negara lain di Asia. Kebutaan terbesar, sekitar 50 persen, disebabkan katarak. Selebihnya akibat glaukoma, kelainan kornea, dan gangguan kornea. Katarak pada dasarnya merupakan perubahan kebeningan struktur lensa secara keseluruhan

Lensa mata berfungsi membentuk bayangan pada retina. Lensa mata tersusun atas protein, air, dan lipid dengan struktur tertentu sehingga cahaya mampu menembus lensa. Lensa mata penderita katarak diselimuti protein sehingga agak keruh. Salah satu dugaan ialah terjadi perubahan protein dan lipid seiring bertambahnya usia. Lensa yang keruh sulit meneruskan cahaya ke retina untuk diproses.

Ketua Seksi Penanggulangan Buta Katarak Persatuan Dokter Spesialis Mata Indonesia (Perdami) Johan Hutauruk menyatakan, katarak pada orang dewasa muncul akibat dari penuaan dan pajanan radiasi ultraviolet. Biasanya katarak timbul pada usia di atas 60 tahun. Katarak yang dipengaruhi proses penuaan ini lebih umum ketimbang penyebab lain, seperti trauma (katarak traumatik), komplikasi kelainan lain (katarak komplikata), dan kelainan bawaan (katarak kongenital).

Katarak terjadi perlahan. Pada tahap awal, kerap tidak ada gejala. Namun, seiring bertambah tebalnya kekeruhan lensa, penderita umumnya mengeluh penglihatan berkabut, buram, silau, berbayang, atau sulit membaca walau telah dibantu kacamata. Proses terjadinya katarak pada orang dewasa dapat lebih cepat lantaran ada masalah kesehatan lain, seperti diabetes.
Pada penderita diabetes, katarak dapat timbul pada usia lebih muda dari rata-rata. Ada pula faktor lain, termasuk pola diet yang kurang asupan antioksidan dan paparan terhadap sinar-sinar yang membahayakan. Kerusakan dapat pula disebabkan trauma, inflamasi mata (iritis dan uveitis), dan konsumsi obat tertentu, seperti kortikosteroid untuk penyakit lain.

Semakin cepat

Pada satu titik tertentu, saat katarak sudah mengganggu aktivitas sehari-hari, lensa yang keruh perlu dikeluarkan melalui operasi katarak. Dokter spesialis mata sekaligus pengurus Perdami bidang hubungan masyarakat, Gitalisa Andayani, mengungkapkan, operasi katarak umumnya menggunakan metode ekstraksi katarak ekstrakapsular (EKEK), insisi kecil manual, atau dengan fakoemulsifikasi.

Dengan fakoemulsifikasi, lensa keruh dihancurkan dengan vibrasi ultrasonik menggunakan alat yang dimasukkan lewat sayatan amat kecil pada permukaan mata. Lensa yang mengeruh itu hancur oleh getaran alat ultrasonik dan diisap keluar. Setelah itu baru dimasukkan lensa baru ke posisi semula lensa.
Pada pembedahan ekstrakapsular, lensa dikeluarkan utuh dan diganti lensa buatan. Sedangkan dengan metode insisi kecil manual, irisan jauh lebih kecil. Metode-metode itu biasanya disertai penanaman implan lensa intraokular. Lensa buatan itu umumnya terbuat dari bahan akrilik atau silikon. Lensa dapat dilipat, dimasukkan ke dalam kantong lensa mata melalui irisan kecil.

Setelah operasi, penderita dapat kembali melihat dunia dengan jelas dan produktif. Sebaliknya, jika tidak diobati, menurut Gitalisa, penderita dapat terganggu penglihatannya hingga taraf buta. Selain itu, secara medis dapat pula terjadi komplikasi glaukoma sekunder atau peradangan bola mata.

Sayangnya, sumber daya di Indonesia untuk melakukan operasi yang mampu melakukan 80.000 operasi per tahun tidak seimbang dengan banyaknya insiden katarak—0,1 persen atau sekitar 210.000 per tahun.
Direktur Jenderal Bina Kesehatan Masyarakat Kementerian Kesehatan Budihardja mengatakan, terjadi penumpukan jumlah penderita yang perlu dioperasi. ”Masih butuh kerja keras dan uluran tangan berbagai pihak, baik pemerintah maupun organisasi kemasyarakatan,” ujarnya dalam acara temu media beberapa waktu lalu.

Menurut Gitalisa, katarak sulit dihindari karena terkait proses degenerasi. Namun, gangguan ini dapat diperlambat dengan gaya hidup sehat, antara lain makan dengan gizi berimbang dan cukup asupan vitamin dan mineral. Konsumsi buah dan sayur yang kaya vitamin dan mineral, seperti brokoli, tomat, dan wortel, sangat dianjurkan untuk menjaga kesehatan mata. Vitamin dan mineral dalam sayur dan buah, seperti vitamin A atau beta karoten, vitamin C, vitamin E, lutein, zeaxantin, seng, dan selenium, berperan sebagai antioksidan yang menghambat timbulnya katarak.

Upaya pencegahan lain ialah dengan menghindari asap rokok serta melindungi mata dari paparan ultraviolet langsung yang berkontribusi terhadap terjadinya radikal bebas. Bagi penderita diabetes, pengontrolan kadar gula secara ketat amat penting karena penyakit itu mempercepat timbulnya katarak.
Sumber: www.kompas.com

0 komentar:

Posting Komentar

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More

 
Free Web Hosting